SEJAK 2008, peneliti burung menemukan bahwa Togean, salah satu habitat alami burung kacamata ini. Di pulau ini cukup mudah dijumpai koloni burung kacamata bergerak lincah, meloncat ke sana kemari seakan tak kenal lelah, di antara celah dahan dan ranting pepohonan ataupun belukar. Pada musim kawin, berseliweran banyak sarang mereka di pucuk-pucuk pepohonan, dan pasangan pleci yang kasmaran makin sering berkicau memadu asmara.
Meski habitat aslinya adalah di hutan-hutan tropis maupun mangrove, burung pleci justru semakin mudah ditemukan di daerah perkotaan. Sebabnya, burung yang dikaruniai bakat berkicau merdu ini menjadi incaran para pemburu dan penikmat kicauan burung.
Beberapa tahun belakangan ini saja, jumlah penggemar pleci meledak di seluruh penjuru nusantara dari pelosok desa hingga perkotaan. Kehadiran peci sebagai klangenan atau burung yang dilombakan memikat banyak penikmat kicau burung. Tentu saja, memanfaatkan pleci sebagai burung peliharaan untuk diperdengarkan kicauannya, bukanlah hal baru. Di Tiongkok, pleci kerap berakhir dalam sangkar bulat mini, sebagai binatang kebanggaan para pemeliharanya.
Negeri jiran sepasti Malaysia, Singapura dan Vietnam juga sudah begitu lama membudidayakan untuk dijadikan sebagai burung peliharaan favorit. Burung kecil ini dibudidaya dan dipelihara untuk diperlombakan karena kicauannya sangat memesona. Tak dinyana, perburuan pleci dari alam liar pun kian tak terbendung yang pada akhirnya menyusutkan populasi burung koloni ini.
Selain dijuluki “burung kacamata” pleci juga punya dikenal dengan beragam nama seperti sikinangka (Sunda), mata puteh (Melayu), cuit kacamata, perci, plenci, mrenyi, mrengi, jibeh, penyil, cenetnet, keciew, ciir, cici kacamata, cici, ciak, cuhcir, sariep, ese nangka, jetit, preci, ler uleren, encit, percit, manuk cit, kuniran, prencit, cici empang, manuk ijoan, ribu ribu, kecici, kaca kaca, kaca soka, suit kacamata, kerci, mata putih, kecial kuning, manuk ciyit, manuk ciplukan, kleci, ceuit, ceuih, cildas, manuk abrul, cieuy, anis kacamata, peci, prenjak kocomoto.
Dalam bahasa Inggris pleci dikenal dengan nama oriental white eye. Burung kecil ini termasuk dalam suku zosteropidae, orde passeriformes atau burung pengicau. Nama Zosterops berasal dari kata Yunani yang artinya sabuk mata atau kacamata. Pleci dan seluruh anggotanya memiliki ciri khas berupa bulu halus berwarna putih yang melingkari kedua bola matanya seperti kacamata.
Pleci memiliki badan kecil dan mempunyai sifat lincah. Panjang tubuhnya diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor sekitar 10 sampai 11 cm. Meski beberapa ras lainnya ada yang sedikit lebih besar antara 12 sampai 13 cm. Burung pleci merupakan burung monopormik yang berarti hampir tidak ada perbedaan yang jelas antara jantan dan betina secara fisik.
Bulu berwarna hijau dan hijau zaitun juga menjadi ciri lain dari burung mungil ini. Secara umum burung ini menetap di hutan-hutan terbuka dan sebagian lainnya menyebar ke wilayah pemukiman yang berdekatan dengan hutan. Suku zosteropidae tersebar di daerah tropis di dunia lama termasuk australasia dan kawasan Asia tropis dari India hingga ke Cina dan Indonesia.
Istono Yuwono dalam buku berjudul “Pleci” (2013) menulis, suku zosteropidae tersebar di daerah tropis di dunia lama termasuk australasia dan kawasan Asia tropis dari India hingga ke Cina dan Indonesia. Ia juga mencatat, ada lebih dari 100 jenis pleci di seluruh dunia. Banyaknya jenia burung ini, menurut Yuwono, disebabkan burung pleci memiliki ciri khas dan penampilan yang berbeda-beda sesuai tempat asalnya.
Secara garis besar, tulis Yuwono, Pleci dikelompokkan menjadi dua ragam yakni pleci dada kuning dan dada putih atau abu-abu. Akan tetapi jika ditinjau dari ukuran badan, warna iris mata, habitatnya dasar dan bentuknya maka ragam pleci sangat berbeda-beda.
Yuwono menulis, pleci adalah burung sosial. Mereka selalu koloni. Semua anggota koloni senang bergerombol. Mereka juga kerap dijumpai terbang dalam kawan kecil maupun besar. Walaupun tergolong pemakan serangga, burung mungil ini juga doyan melahap aneka jenis buah.
Sejauh ini ada dua musuh alami pleci yaitu ular dan manusia. Namun yang paling berbahaya adalah manusia. Manusia tidak hanya mengeksploitasi pleci dewasa tetapi juga memburu telur-telur pleci dari alam liar. Ketika merasa wilayah habitatnya terancam, pleci akan menjerit keras untuk memperingatkan koloninya akan adanya bahaya. Dan anggota koloninya biasnya menyahut dengan turut berkicau sehingga menimbulkan suara gaduh agar sumber ancaman segera meninggalkan wilayah yang dihuni koloni.
Yuwono menerangkan ketika akan kawin, pasangan pleci dewasa biasanya memisahkan diri dari koloninya. Akan tetapi mereka membangun sarang tidak jauh dari kawanannya. Pleci merasa aman jika berada dalam jangkauan kawanannya. Pleci dewasa akan mulai membiasakan diri menyendiri dan membangun sarang di pucuk ranting yang tinggi guna menghindari musuh.
Pleci bertelur di antara Januari hingga Oktober. Telurnya berwarna biru pucat dan berjumlah 2 sampai 3 butir. Setelah sarang selesai dibangun, pleci betina akan bertelur dan mengerami telur tersebut selama 5 minggu. Setelah menetas, secara bergantian, kedua induknya akan menyuapi anaknya. Setelah cukup besar dan bulu sayap sudah lengkap, pleci akan mengajak anaknya keluar dari sarang dan mulai belajar terbang serta mencari makan sendiri.
Kementerian Lingkungan Hidup telah memasukkan pleci dan sejumlah satwa baru ke dalam daftar dilindungi. Beberapa jenis burung kicau yang baru dimasukkan kategori dilindungi diantaranya adalah kenari melayu (Chrysocorythus estherae), kacamata Jawa alias pleci (Zosterops flavus), opior Jawa (Heleia javanica) dan gelatik Jawa (Lonchura oryzivora). Bisa jadi nantinya masyarakat harus izin untuk memelihara satwa-satwa tersebut. Peraturan Menteri LHK yang “menyelamatkan” pleci itu adalah aturan bernomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 yang diteken Menteri LHK Siti Nurbaya pada 29 Juni 2018 dan diundangkan oleh Kemenkum HAM pada 11 Juli 2018.
Kementerian LHK drh Indra memakai Pasal 5 PP Nomor 7 Tahun 1999 sebagai alas memasukkan pleci dan sejumlah burung lainnya ke dalam satwa yang dilindungi. Alasannya dilindungi karena populasi pleci semakin kecil, adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam dan daerah penyebaran yang terbatas atau endemik. (Dedy Hutajulu)
Klik subscribe, untuk mendapatkan pemberitahuan informasi terbaru.