Merek, ArmadaBerita.Com
Wisata alam di kawasan Sumatera Utara seputaran Danau Toba kini mulai ramai digandrungi dari segala usia. Salah satunya adalah Maulana Kafe dan Villa yang terletak di Jalan Raya Merek-Sidikalang, Desa Pengambaten, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumut.
Kawasan alam ini, banyak menyajikan panorama alam indah. Selain bisa langsung menikmati keindahan hutan, pengunjung juga bisa menikmati indahnya Danau Toba dengan biaya tarif masuk yang sangat murah.
Wisata Maulana Kafe dan Villa ini digagas pria bernama Osaka Hendra Ginting. Pria berusia 50 tahun ini menamakan Maulana Cafe dari nama anak sulungnya bernama, Maulana Malik Ibrahim.
Motivasinya mendirikan Maulana Kafe dan Villa seluas 6 Hektar ini tak lain adalah untuk memajukan wisata khususnya di Karo, supaya lebih berkembang. “Tempat ini sudah berjalan selama 3 tahun, Alhamdulillah selalu ramai dikunjungi,” ujar ayah 3 anak ini saat berbincang dengan awak media yang berkunjung ke sana, Minggu (1/2022) pagi.
Dirinya mengaku bahwa tak sedikit tamu yang datang ke Maulana Cafe dan Villa adalah khusus untuk ber-Swa foto. “Yah nggak papa, cukup bayar Rp 10 ribu saja uang masuknya, meski terkadang mereka membawa makanan dari luar, namanya juga orang Indonesia, kita dulu juga merasakannya begitu,” kata pria yang murah senyum itu sembari tertawa.
Bahkan kata dia, beragam pengunjung yang ada memiliki keunikan masing-masing. Semisal, kata Osaka, ada pengunjung ramai-ramai bersama keluarganya mbawa makanan dari luar, masih juga meminta diskon. “Itulah Indonesia bang,” ucap Osaka dengan gelak tawa.
Akan tetapi, sambung pria yang doyan travellingbke beberapa negara ini mengatakan bahwa kebanyakan orang Indonesia jika berpergian ke luar negeri malah taat peraturan dan paling disiplin. “Misal ketika bepergian ke Singapura, tempat merokok tau dia dimana, buang sampah nggak berani sembarangan. Bahkan bisa dia tinggal disana berbulan-bulan. Nah disini kesadaran kita buang sampah masih kecil,” ungkapnya.
Jembatan Kaca Sampai ke Air Terjun Sipiso-piso
Saat ini Osaka mengaku masih berfokus mengembangkan misinya untuk membuat wisata Danau Toba kian maju. Kini ia akan melakukan tahap pengembangan Resort jembatan kaca yang memanjang sampai ke atas air terjun Sipiso-piso.
Dalam pemgrmbangan itu, Osaka mengaku telah melakukan kerjasama dengan kementrian dan provinsi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan wisata di Kabupaten Toba. “Kita sudah dikasih 18 hektar hutan untuk kita kelola sekaligus dana spotnya,” aku Osaka.
Dalam program pengembangan itu, diakuinya butuh dana cukup lumayan besar. Sebab, untuk pembuatan titi-titi setapak di bawah sungai sudah menguras kocek besar.
Dia menuturkan bahwa jika tempat wisata dikelola dengan benar, mayarakat diedukasi dengan benar, itu akan mendapatkan perkapita penduduk yang besar dan PAD kian bertambah. “Saya sudah rasakan itu,” akunya.
Untuk Sumut, kata Osaka, pelaku-pelaku wisata belum mampu membuat sesuatu yang menarik uang dari dompet pendatang seperti Naga Bonar. “Artinya, aku belum mampu mengambil uang dari pengunjung. Jadi maksudnya, pelaku-pelaku wisata ini sampai hari ini hanya mengandalkan apa yang diberikan oleh Ilahi. Kita baru mengandalkan indahnya Danau Toba. Danaunya yang menarik pengunjung datang kesini. Belum saya yang membuat pengunjung datang,” tuturnya.
“Hanya dari kolam renang yang ada jembatan kaca itu aja masuknya bayar 20 ribut, itupun sudah bisa kita berenang di kolam,” sambungnya.
Maka dari itu, ia akan meningkatkan daya tarik yang lebih di Maulana Cave dan Villa. Dirinya akan menghadirkan seni dan memerankan budaya yang ada disitu. “Semisal, dengan menghadirkan martortor disini, orang akan melihat menari tor-tor disini,” bilangnya.
Selain itu, lanjut Osaka, dalam pengembangan wisata Maulana, ia masih memiliki 2 impian yang akan segera diimplementasikan.
Pertama, ketika orang datang ke Tongging, Osaka akan menyiapkan 4 ton ikan untuk disantap 12 ribu orang secara gratis. “Semua penduduk disana akan mendatangkan pemasukan. Semua masyarakat Tongging akan menjadi pelaku usaha, karena mereka akan mendapatkan income dan supaya mereka bisa memajukannya,” ulas Osaka.
Kedua, ketika musim buah mangga, dirinya juga akan membuat lomba makan mangga paling banyak, dengan imbalan hadiah untuk paling banyak yang memakannya. “Kalau sudah rutin mangga gratis, pengunjung akan mengajak orang lain juga yang artinya akan menambah pengunjung di tempat saya. Dua usulan dan cita-cita saya ini sudah saya sampaikan ke Pemda,” jelasnya.
Pengusaha Wisata Harus Bersatu dan Jadi Pengelola yang Jujur
Sejauh ini, kata Osaka, sudah 2 tangga yang telah ia buat. Ia ingin memberikan sesuatu untuk masyarakat Karo, khususnya bagi kawan-kawan pengusaha. Menurutnya pernyataan ini juga sebagai tantangan bagi pengusaha wisata Karo untuk bisa berbuat yang lebih baik. Namun pada perinsipnya dengan bermitra dan bersatu. “Karena berperinsipnya, wisata itu bermitra dan bersatu. Sesama pengusaha wisata harusnya bersatu. Dalam membuat event, saling berkolaborasi, tidak saling memburukan,” ungkapnya.
Jika itu tercapai, ia menegaskan bahwa wisata di Sumut juga tak kalah maju dan tak kalah indahnya dengan wisata yang ada di luar sana. “Kita-kita saja yang datang berkunjung sudah menambah income,” katanya.
Sebagai pengusaha wisata, juga harus berperdoman kepada kejujuran dan ketulusan. Setiap pengelola (karyawan) dibina dengan kejujuran. Dia pesankan karyawannya agar selalu jujur, sebab kejujuran itu belum tentu menyelamatkan orang, dan dipastikan tidak jujur itu akan hancur.
“Kita mulai disini. Disini kita sudah kembalikan 16 kali barang yang tertinggal. Ada pernah kalau di US kan itu sekitar Rp 30 juta. Pegawai kita diberi Rp 1 juta, karena mengembalikan tasnya,” akunya.
Ternyata, itu bukan isapan jempol belaka. Seorang pengunjung bernama, Putri Hemat Yanti mengakui penerapan kejujuran pengelola wisata Cafe Maulana saat dompetnya hilang terjatuh. “Salut dan suka sama Maulana Kafe, sangat menjunjung kejujuran. Nanti liburan lagi mau kesana lagi, kopinya enak plus, plus, plus,” pungkasnya. (ASN)
Klik subscribe, untuk mendapatkan pemberitahuan informasi terbaru.